Sejumlah layang-layang kreasi tampil pada Fornas VI Sumsel 2022 di Tanjung Senai Ogan Ilir pada Selasa (5/7/22) siang. (Sumber : tribunsumsel.com)
OGAN ILIR, - Pertandingan olahraga rekreasi layang-layang di Tanjung Senai Ogan Ilir, memasuki hari terakhir pada Festival Olahraga Nasional (Fornas) VI Sumsel 2022.
Sebanyak 35 peserta dari masing-masing induk organisasi (inorga) Persatuan Layang-layang Indonesia (Pelangi), unjuk penampilan terbaik.
Dewan juri dari Pelangi Pusat, Supriyanto mengatakan, sebanyak tujuh provinsi mengutus Inorga mereka pada Fornas kali ini.
Ketujuh provinsi tersebut yakni tuan rumah Sumatera Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kalimantan Selatan, Lampung, Kalimantan Utara, Banten dan Gorontalo.
"Setiap inorga memiliki kreasi layang-layang masing-masing yang ditampilkan pada Fornas," kata Supriyanto, Selasa (5/7/22).
Pada pertandingan layang-layang, panitia menetapkan empat kategori yang ditampilkan.
"Kategori layang-layang kreasi, tradisional, train, dan dua serta tiga dimensi," jelas Supriyanto.
Keempat kategori ini, lanjut Supriyanto, secara keseluruhan dinilai berdasarkan visual.
Poin penilaian lainnya yakni kreativitas, keunikan dan fungsi layang-layang sesuai peruntukan berdasarkan sejarah dan kebudayaan yang melatarbelakanginya.
"Misalnya layang-layang tradisional. Selain visual, juga harus ada sendaren ketika melayang. Sendaren itu bunyi-bunyian karena di sebagian daerah, layang-layang tradisional digunakan petani sawah untuk mengusir hama, burung," jelas Supriyanto.
"Kemudian misalnya ada layang-layang yang digunakan penggembala untuk mengarahkan hewan ternak menuju suatu arah. Itu menggunakan sendaren tersebut," jelasnya lagi.
Dan yang utama, kata Supriyanto, layang-layang sebagus atau seunik apapun akan didiskualifikasi jika tak mampu melayang.
"Kalau layang-layang tidak bisa terangkat karena faktor teknis layang-layang itu sendiri, maka langsung diskualifikasi," terang Supriyanto.
Pria yang juga memiliki jabatan di Litbang Pelangi Pusat ini mengomentari pergerakan angin di Tanjung Senai.
Menurutnya, pergerakan angin cenderung lambat karena daerah Ogan Ilir tidak dekat dengan pantai.
"Di sini (Tanjung Senai) termasuk low wind namun area steril dari pemukiman warga. Pemandangan di sini juga cukup bagus dengan latar belakang perkebunan tebu dan jalan tol," kata Supriyanto. oganilirterkini.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar